16 Oktober, 2020

Rumahku Sekolahku

 


Oleh: Prof. Dr. H. Biyanto, M.Ag

 

Era pandemi Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Lebih dari itu, era pandemi juga berdampak pada semua bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Selama era pandemi semua jenis layanan pendidikan mulai tingkat anak usia dini (PAUD), dasar dan menengah, hingga perguruan tinggi dipaksa untuk melaksanakan pembelajaran dalam suasana kedaruratan. Dalam suasana kedaruratan itulah anak-anak harus belajar di rumah (study at home). Dampaknya, anak-anak dipaksa untuk menikmati model pembelajaran jarak jauh (PJJ), baik secara daring atau luring.

 

Pertanyaannya, siapakah pendidik terpenting selama era pandemi yang bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanah konstitusi? Apalagi realitasnya hingga kini era pandemi belum menunjukkan tandak-tanda melandai. Di sejumlah daerah kasus baru Covid-19 justru meningkat. Untuk menjawab pertanyaan tersebut rasanya kita bersepakat bahwa orang tua dan lingkungan keluarga merupakan pihak yang paling bertanggung jawab pada pendidikan dan pengasuhan anak. Karena itulah orang tua harus menyadari pentingnya menjadi pendidik yang terutama bagi buah hatinya. Hal itu sejalan dengan pernyataan dalam kata bijak: al-baytu madrasah ula (rumah adalah tempat pendidikan yang pertama).

 

Bagi sebagian orang tua tugas mendidik dan mengasuh anak pasti tidak mudah. Selama era pandemi orang tua telah merasakan betapa berat tugas mendidik dan mengasuh anak. Padahal anak sejatinya merupakan amanah Tuhan. Dalam Alqur’an, anak dilukiskan sebagai penyejuk pandangan (QS. Al-Furqan: 74) dan hiasan hidup (QS. Al-Kahfi: 46). Anak juga digambarkan secara antagonis, misalnya sebagai musuh (QS. Al-Taghabun: 14) dan fitnah atau cobaan (QS. Al-Taghabun: 15). Kalam Ilahi tersebut menjadi pengingat bagi orang tua untuk berhati-hati dalam mendidik dan mengasuh anak. Jika anak-anak salah asuhan, mereka berpotensi menjadi sumber persoalan bagi orang tua.

 

Harus diakui, selama era pandemi orang tua menjadi lebih dekat dengan buah hatinya. Bahkan banyak keluarga yang telah menyulap kondisi rumah layaknya sekolah. Mereka berprinsip: Rumahku Sekolahku (Baytiy Madrasatiy). Prinsip ini penting karena dapat menjadi solusi bagi problem pendidikan anak selama era pandemi. Jika bercermin pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai tripusat/trisentra pendidikan, institusi keluarga termasuk bagian dari tiga pilar pendidikan disamping sekolah dan masyarakat. Tetapi harus diakui, belum semua orang tua memiliki pemahaman yang baik dalam mendidik dan mengasuh anak. Bahkan dalam kondisi sebelum pandemi, orang tua umumnya memasrahkan pendidikan dan pengasuhan anaknya pada sekolah semata.

 

Dalam suasana pandemi inilah setiap orang tua penting menyadari bahwa pendidikan dan pengasuhan anak seharusnya tidak hanya dibebankan pada guru di sekolah. Justru orang tua dapat menjadi pendidik yang terutama dan terpenting bagi buah hatinya. Dalam melaksanakan tugas mendidik dan mengasuh buah hatinya itulah orang tua penting menyadari bahwa setiap anak sesungguhnya memiliki potensi istimewa yang dianugerahkan Tuhan. Merujuk pada pandangan pakar pendidikan holistik (holistic education) dari The Ohio State University, Lucila T. Rudge (2012), orang tua harus mendidik buah hatinya dengan prinsip honoring students as individuals: individual uniqueness. Prinsip ini mengajarkan agar setiap pendidik menghargai peserta didik sebagai pribadi yang unik.

 

Semua anak harus dipandang sebagai mutiara dengan potensi istimewa yang berbeda-beda. Kesadaran itu penting dimiliki orang tua dalam mendidik dan mengasuh buah hatinya. Dengan kesadaran tersebut, orang tua atau pendidik pada umumnya tidak akan mudah menstigma anak-anak sebagai anak nakal atau anak bodoh. Sebab, dengan anugerah yang sudah diberikan Tuhan, anak-anak dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya. Tugas para pendidik, termasuk orang tua, adalah menemukan potensi anak-anak untuk difasilitasi sehingga berkembang maksimal. Prinsip ini penting diterapkan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak-anak sehingga tumbuh kembang dengan baik (child wellbeing).

 

Prinsip rumahku sekolahku juga meniscayakan orang tua benar-benar hadir seutuhnya sebagai pendidik (murabbi). Bukan sekedar mentransfer pengetahuan dan keterampilan, orang tua juga harus menjadi sumber keteladanan bagi buah hatinya. Hal itu penting karena di tengah era disrupsi pendidikan anak-anak sering kehilangan sosok yang pantas dijadikan model keteladanan.

 

Oleh : Prof. Dr. H. Biyanto, M.Ag Guru Besar UIN Sunan Ampel Anggota BAN PAUD dan PNF


Sumber dari: https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/rumahku-sekolahku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar