Oleh: Prof.
Dr. H. Biyanto, M.Ag
Era pandemi
Covid-19 tidak hanya mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa manusia. Lebih
dari itu, era pandemi juga berdampak pada semua bidang kehidupan, termasuk
pendidikan. Selama era pandemi semua jenis layanan pendidikan mulai tingkat
anak usia dini (PAUD), dasar dan menengah, hingga perguruan tinggi dipaksa
untuk melaksanakan pembelajaran dalam suasana kedaruratan. Dalam suasana
kedaruratan itulah anak-anak harus belajar di rumah (study at home). Dampaknya,
anak-anak dipaksa untuk menikmati model pembelajaran jarak jauh (PJJ), baik
secara daring atau luring.
Pertanyaannya,
siapakah pendidik terpenting selama era pandemi yang bertugas untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanah konstitusi? Apalagi
realitasnya hingga kini era pandemi belum menunjukkan tandak-tanda melandai. Di
sejumlah daerah kasus baru Covid-19 justru meningkat. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut rasanya kita bersepakat bahwa orang tua dan lingkungan keluarga
merupakan pihak yang paling bertanggung jawab pada pendidikan dan pengasuhan
anak. Karena itulah orang tua harus menyadari pentingnya menjadi pendidik yang
terutama bagi buah hatinya. Hal itu sejalan dengan pernyataan dalam kata bijak:
al-baytu madrasah ula (rumah adalah tempat pendidikan yang pertama).
Bagi sebagian
orang tua tugas mendidik dan mengasuh anak pasti tidak mudah. Selama era
pandemi orang tua telah merasakan betapa berat tugas mendidik dan mengasuh
anak. Padahal anak sejatinya merupakan amanah Tuhan. Dalam Alqur’an, anak
dilukiskan sebagai penyejuk pandangan (QS. Al-Furqan: 74) dan hiasan hidup (QS.
Al-Kahfi: 46). Anak juga digambarkan secara antagonis, misalnya sebagai musuh
(QS. Al-Taghabun: 14) dan fitnah atau cobaan (QS. Al-Taghabun: 15). Kalam Ilahi
tersebut menjadi pengingat bagi orang tua untuk berhati-hati dalam mendidik dan
mengasuh anak. Jika anak-anak salah asuhan, mereka berpotensi menjadi sumber
persoalan bagi orang tua.
Harus diakui,
selama era pandemi orang tua menjadi lebih dekat dengan buah hatinya. Bahkan
banyak keluarga yang telah menyulap kondisi rumah layaknya sekolah. Mereka
berprinsip: Rumahku Sekolahku (Baytiy Madrasatiy). Prinsip ini penting karena
dapat menjadi solusi bagi problem pendidikan anak selama era pandemi. Jika
bercermin pada pemikiran Ki Hadjar Dewantara mengenai tripusat/trisentra
pendidikan, institusi keluarga termasuk bagian dari tiga pilar pendidikan
disamping sekolah dan masyarakat. Tetapi harus diakui, belum semua orang tua
memiliki pemahaman yang baik dalam mendidik dan mengasuh anak. Bahkan dalam
kondisi sebelum pandemi, orang tua umumnya memasrahkan pendidikan dan
pengasuhan anaknya pada sekolah semata.
Dalam suasana
pandemi inilah setiap orang tua penting menyadari bahwa pendidikan dan
pengasuhan anak seharusnya tidak hanya dibebankan pada guru di sekolah. Justru
orang tua dapat menjadi pendidik yang terutama dan terpenting bagi buah
hatinya. Dalam melaksanakan tugas mendidik dan mengasuh buah hatinya itulah
orang tua penting menyadari bahwa setiap anak sesungguhnya memiliki potensi
istimewa yang dianugerahkan Tuhan. Merujuk pada pandangan pakar pendidikan
holistik (holistic education) dari The Ohio State University, Lucila T. Rudge
(2012), orang tua harus mendidik buah hatinya dengan prinsip honoring students
as individuals: individual uniqueness. Prinsip ini mengajarkan agar setiap
pendidik menghargai peserta didik sebagai pribadi yang unik.
Semua anak
harus dipandang sebagai mutiara dengan potensi istimewa yang berbeda-beda.
Kesadaran itu penting dimiliki orang tua dalam mendidik dan mengasuh buah
hatinya. Dengan kesadaran tersebut, orang tua atau pendidik pada umumnya tidak
akan mudah menstigma anak-anak sebagai anak nakal atau anak bodoh. Sebab,
dengan anugerah yang sudah diberikan Tuhan, anak-anak dapat meraih kesuksesan
dalam hidupnya. Tugas para pendidik, termasuk orang tua, adalah menemukan
potensi anak-anak untuk difasilitasi sehingga berkembang maksimal. Prinsip ini
penting diterapkan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak-anak sehingga
tumbuh kembang dengan baik (child wellbeing).
Prinsip
rumahku sekolahku juga meniscayakan orang tua benar-benar hadir seutuhnya
sebagai pendidik (murabbi). Bukan sekedar mentransfer pengetahuan dan
keterampilan, orang tua juga harus menjadi sumber keteladanan bagi buah
hatinya. Hal itu penting karena di tengah era disrupsi pendidikan anak-anak
sering kehilangan sosok yang pantas dijadikan model keteladanan.
Oleh : Prof.
Dr. H. Biyanto, M.Ag Guru Besar UIN Sunan Ampel Anggota BAN PAUD dan PNF
Sumber dari:
https://banpaudpnf.kemdikbud.go.id/berita/rumahku-sekolahku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar